Jumat, 07 Mei 2010

ORGAN REPRODUKSI JANTAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reproduksi adalah pembentukan individu baru dari individu yang telah ada dan merupakan ciri khas dari semua organisme hidup. Proses reproduksi tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme, tetapi tanpa reproduksi species akan punah. Untuk terjdinya proses reproduksi seksual, hewan perlu memiliki organ reproduksi yang mampu menghasilkn gamet, harus melalui proses pekawinan (khususnya bagi hewan berproduksi seksual).
Testes merupakan alat reproduksi perimer pada hewan jantan, dan pada hewan pada hewan menyusui lokasi testes yang wajar terdapat di dalam kantung di luar tubuh yang disebut scortum. Saluran- saluran alat pelengkap merupakan alat reproduksi sekunder yang berasal dari tstis menuju ke fase efferentia, epidermis, dan vase deferensial dan penis dengan saluran merupaka saluran bersama dialirkannya plasma air mani. Alat kelamin primer, sekunder, dan pelengkap ketiganya disebut saluran reproduksi jantan.
Oleh karena itu, pada praktikum reproduksi ternak yang telah dilaksanakan yaitu pada percobaan pengenalan organ kelamin jantan. Di dalam praktikum ini, bertujuan untuk mengetahui dan melihat secara langsung nama organ, letak serta fungsi organ-organ reproduksi pada hewan jantan.
A. Organ Kelamin Primer
1. Testis
Adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testes berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat pertumbuhan tubuh. Testes terletak dekat dengan daerah inguinalis dan tekanan intra-abdominal membantu testes melalui canalis inguinalis masuk scrotum. Hormone yang terlibat dalam pengaturan turunnya testes adalah gonadotropins dan androgen (Anonima, 2009).
Testis terletak pada daerah prepubis, terbungkus dalam kantong scrotum dan digantung oleh feniculus spermatikus yang mengandung unsur-unsur yang terbawa oleh testes dalam perpindahannya dari cavum abdominalis melalui canalis linguinalis ke dalam scrotum (Toelihere, 1979).
Testis pada sapi mempunyai panjang berkisar 10-13 cm, lebar berkisar 5-6,5 cm dan beratnya 300-400 gr. Babi mempunyai ukuran testes serupa pada sapi, tetapi domba dan kuda ukuran testisnya lebih kecil. Pada semua ternak, testis ditutupi oleh tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan dari peritoneum. Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya dalam ruang abdominal yang melekat sepanjang garis epididymis. Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak) (Anonima, 2009).
Testis ini diselubungi oleh selapis tenunan pengikat yang tipis dan elastis, disebut tunica albuginea. Sedangkan panjang tubuli keseluruhan pada sapi jantan dewasa diperkirakan 4,5 km, dan setiap tubulus bergaris tengah 200 mikron lebih sedikit, dan kira-kira 80% dari berat testis seeekor sapi jantan normal terdiri dari tubuli (Salisbury,1985).
Berikut ini adalah gambar testes :

Sumber :

B. Organ Kelamin Sekunder
1. Vas Deferens
Vas deferens. Merupakan sebuah saluran dengan satu ujung berawal dari bagian ujung distal dari cauda epididymis. Kemudian dengan melekat pada peritoneum, membentang sepanjang corda spermaticus, melalui daerah inguinalis masuk ruang pelvis, dimana vas deferens bergabung dnegan urethra di suatu tempat dekat dengan lubang saluran kencing dari vesica urinaria. Bagian vas deferens yang membesar dekar dengan urethra, di sebut ampulla (Anonima, 2009)
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis) (Anonimb, 2009).
Vas deferens adalah sebuah tabung yang dibentuk dari otot. Vas deferens membentang dari epididimis ke uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas deferens memiliki panjang sekitar 4,5 cm dengan diameter sekitar 2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididymis yaitu saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi (Haris, 2009).

2. Epididimis
Epididimis adalah suatu struktur yang memanjang yang bertaut rapat dengan testis. Epididimis mengandung ductus epididimis yang sangat berliku-liku, dan mencapai panjang lebih 40 meter jantan dewasa dan kurang lebih 60 meter pada babi dan 80 meter pada kuda (Toelihere, 1979).
Epididimis suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal dari duktus defferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985).
Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979).
Corpus epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes epididimis membelok ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).
Panjang total dari epididymis diperkirakan mencapai 34 meter pada babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar daripada lumen corpus epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens dan urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina (Nuryadi, 2000).
Menurut Anonima (2009), fungsi epididimis adalah :
• Transportasi. Epididymis mempunyai fungsi pertama yaitu sebagai sarana transportasi bagi spermatozoa. Lama perjalanan spermatozoa dalam epididymis pada domba, sapi dan babi bervariasi, masing-masing adalah dari 13-15, 9-11, dan 9-14 hari.
• Konsentrasi. Fungsi yang kedua adalah konsentrasi spermatozoa, dimana sewaktu spermatozoa memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta per millimeter pada sapi, domba dan babi. Dalam epididymis spermatozoa dikonsentrasikan menjadi kira-kira 4 milyar spermatozoa per millimeter.
• Deposisi. Fungsi ketiga, adalah sebagai tempat deposisi (penyimpanan) spermatozoa.
• Maturasi. Merupakan fungsi keempat. Hal ini dapat dibuktikan bahwa spermatozoa yang baru saja masuk ke caput epididymis berasal dari vasa efferentia tidak memiliki fertilitas dan juga tidak memiliki motilitas.
Jadi dari keempat fungsi epididmis, caput (kepala) epididimis berfungsi sebagai tempat maturasi dan konsentrasi; pada corpus (badan) epididimis berfungsi sebagai transportasi sperma; sedangkan pada bagian ekor (cauda) epididimis berfungsi sebagai tempat penimbunan sperma (Toelihere, 1979).


Sumber :
Epididimis mamalia merupakan alat kelamin aksesori dinamik, tergantung pada androgen testikularis untuk memelihara status diferesiansi epitel terdiri dari sejumlah 8-25 duktuli eferentes dan duktus epididimis yang panjangnya berliku-liku.secara makrokoskopik, epididimis terdiri dari kepala, badan, dan ekor yang terbungkus oleh tudika albuginea tebal yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur, dibalut oleh lapis viseral tunika vaginalis. Pada kuda jantan, tunika albuginea memiliki sedikit sel otot polos yang tersebar didalamnya (Brown, 1992).

C. Organ Kelamin Luar
1. Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh (Anonimc, 2008).

Sumber :

Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1oC sampai 8oC lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Dengan kata lain fungsi scrotum yaitu mengatur temperatur testes dan epidermis agar tidak terlalu rendah dengan suhu tubuh (termoregulator testes) (Anonimd, 2007).
2. Penis
Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik urethra keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium urethra eksternal pada ujung bebas dari penis (Anonima, 2009).
Penis hewan jantan dewasa berukuran panjang 91,4 cm dan bergaris tengah 2,5 cm. Berbentuk penis ini silindris dan sedikit menipis dari pangkal penis ke ujung yang bebas. Bagian ujung penis memiliki sedikit sekali jaringan tegang, kecuali bagian pangkal, jadi penis membesar sedikit pada waktu ereksi dan menjadi lebih tegang. Pada waktu keadaan penis mengendor atau tidak menegang, penis sapi jantan padat dan keras. Dibelakang scrotum penis tadi membentuk lengkungan menyerupai huruf S, disebut flexura sigmoideus. Pada waktu penis menegang huruf S ini akan menjadi lurus yang menyebabkan penis mencapai panjang 91,4 cm (Salisbury, 1985).
Penis mempunyai dua fungsi utama yaitu menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina dan sebagai tempat keluarnya urine. Penis terbungkus oleh tunica fibrosa yang padat dan putih yang disebut tunica albuginea. Penis dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pangkal yang melekat pada facia atau ligamentum yang kuat dan disebut crush penis (bagian badan) dimana bagian badan dimana bagian tangannya melipat melingkar menyerupai huruf S disebut flexura sigmoidea dan bagian ujung penis disebut glans penis, yang dilengkapi dua macam perlengkapan yaitu musculus refraktor penis yang dapat merelaksasi dan mengkerut dan corpus convernosum penis untuk menegangkan penis (Partodihardjo, 1992).
Korpus penis terdiri atas: jaringan erektil korpus kavernosum penis, uretra yang dikelilingi oleh korpus kavernosum uretrae, muskuli bulbo-kavernosus dan retraktor penis. Ujung penis disebut gland penis, dimana pada beberapa spesies tidak begitu jelas (Anonime, 2009).
Glands penis pada sapi mempunyai panjang 7,5-12,5 cm dan agak lancip; sedangkan glands penis pada kambing menyerupai suatu penonjolan filiformis sepanjang 4-5 cm, dengan panjang glands penis 5-7,5 cm. Penis pada sapi jantan dewasa panjangnya mencapai ± 100 cm diukur dari dari akar sampai ke ujung glands penis. Penis sapi dalam keadaan ereksi dan pemacekan penis menonjok ke luar dari preputium sepanjang 25-60 cm. Pada kambing penisnya memiliki panjang 35 cm dengan flexura sigmoidea yang berkembang baik. Diameternya relatif kecil 1,5-2 cm. Bentuk penis silindris sedikit menipis dari pangkal penis ke ujung yang bebas (Anonimf, 2009).
Penis sapi termasuk dalam tipe fibro-elastic dan bersifat agak kaku walaupun tdalam keadaan tidak ereksi. Sebagian besar badan penis pada keadaan tidak ereksi berbentuk huruf S (flexura sigmoidea) yang berada disebelah dorsal caudal scrotum (Toelihere, 1979).

Sumber :
3. Preputium
Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut (Anonima, 2009).
Preputium adalah lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak khas, sementara dalam menyerupai membrane mukosa yang terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan extremitas bebas dari penis. Preputium kuda merupakan lipatan rangkap, sehingga dua lapisan konsentrik mengelilingi penis apabila penis ditarik kembali. Preputium babi mempunyai divertikulum (kantung)disebelah dorsal dari orifisium preputial. Kantung itu mengakumulasi urine, sekresi-sekresi dan sel-sel mati yang menyebabkan adanya bau khas pada babi dewasa (Frandson, 1992).
Lubang preputium terletak sedikit dibelakang umbilicus dan biasanya dikelilingi oleh rambut panjang. Rongga preputium tempat ujung penis yang bebas itu terletak, mempunyai panjang 37,5 cm dan bergaris tengah 2,5 cm. Preputium berdinding sel epitel pipih bertanduk dengan tinggi yang berbeda-beda. Pada waktu ereksi penis biasanya memenjang tetapi tidak lebih dari 25 sampai 30 cm melewati muara preputium dan akan mencapai perpanjangan yang sempurna hanya pada detik sapi itu mencapai titik tertinggi dari aktifitas kopulasi (Salisbury, 1985).

D. Kelenjar-Kelenjar Kelamin Aksesoris
1. Kelenjar Vesikuler (Vesikula Seminalis)
Kelenjar vesikularis adalah sepasang kelenjar yang bermuara dengan duktus deferens melalui bermacam-macam duktus ejakulataris ke dalam urethra pelvix kemudian ke kaudal leher kandung kencing (Frandson, 1992).
Glandula ini jumlahnya sepasang, pada sapi cukup subur dan membentuk lobulasi yang jelas. Pada kuda dan manusia berbentuk memanjang dan mengantong. Babi, domba dan kambing pertumbuhan glandulanya cukup baik. Tetapi anjing dan kucing tidak memiliki glandula vesikulares. Pada sapi saluran glandula tersebut bersatu dengan saluran ampula membentuk kedua Ostea ejakulatoria yang bermuara kedalam uretra. Bentuk uretra ini bisa berbeda antara jenis hewan satu dengan yang lainnya (Anonime, 2009).
Panjang kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 – 15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda. Domba mempunyai kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira – kira 4 cm. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan sekresinya lebih dari separuh volume total dari semem dan pada jenis – jenis ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi (Anonima, 2009).
Lumen kelenjar vesikularis bermuara kedalam uretra sebelah kranial dari muara kedua ampula, atau muara-muara tersebut menjadi satu. Terdapat variasi dari beberapa individu sapi. Lumen kelenjar ini luasnya ± 0,3 mm, pada dindingnya terdapat 2 lapisan epitelium. Pada postmortem zat cair yang dihasilkan oleh kelenjar ini berupa cairan agak kental dan lengket yang mengandung potasium, asam sitrat, fruktose dan beberapa macam enzim. Seringkali cairan ini berwarna kuning karena mengandung banyak asam askorbat dengan pH 5,7 sampai 6,2 (Partodihardjo 1992).
2. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang dari epitel uretra pelvis. Secara topografik dibedakan dua bagian : bagian padat kelenjar atau bagian luar (corpus prostatae), dan bagian yang menyebar atau bagian dalam (pars disseminata prostatae). Bagian luar adalah yang hampir mengitari seluruh uretra pelvis didaerah kolikulus seminalis, dan yang menutup bagian dorsalnya saja. Pars disseminata terletak dalam propria-submukosa uretra pelvis (Brown, 1992).

Sumber :

Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma (Anonimc, 2008).
Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapi dan kuda dapat di raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen pada cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa menunjukkan bahwa setidak – tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak ion – ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya dalam larutan (Anonima, 2009).
Kelenjar prostate berukuran lebar 2,5 - 4 cm dan tebal 1,0-1,5 cm, dapat dipalpasi per rektal sebagai suatu penonjolan lonjong melintang pada ujung cranial urethra pelvis. Pars disseminate mengelilingi urethra pelvis. Di dorsal ukurannya mencapai tebal 1,0-1,5 cm, panjang 10-12 cm, dan tertutup oleh otot urethra (Toelihere, 1979).

3. Kelenjar Bulbouretral (Cowper’s)
Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen babai akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan – gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina (Anonim, 2010).
Kelenjar Cowper’s dibungkus oleh jaringan serabut yang tebal, berbentuk lonjong atau bulat telur berukuran panjang 2,5 cm. Setiap kelenjar akan mengeluarkan hasil produksi cairannya melewati satu muara kedalam uretra. Kelenjar ini memproduksi subtansi berupa lendir yang bersifat licin dan kental (Anonim, 2010).
Pada ruminansia, kelenjar cowper’s juga dibalut oleh otot bulbokafernosa, sedangkan pada sapi dan domba jantan suatu penghubung pendek menghubungkan ujung kelenjar dengan alat penyalur yang dibalut oleh epitel kubus sebaris. Pada kambing jantan, ujung kelenjar bermuara langsung dalam alat penyalur tersebut. Sel-sel otot polos banyak tersebar dalam interstisium (Anonim, 2010).
Berikut adalah perbandingan dari kelenjar-kelenjar tambahan beberapa ternak :

Sumber :
Hasil
Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-bagian Organ Kelamin Sapi Bali Normal

Bagian Organ Parameter yang diukur
Bentuk Warna Panjang (cm) Diameter (cm)
Gland Penis Bulat melengkung Putih Kekuningan 3,5 3,5
Penis Memanjang silinder Putih Kekuningan 64 6
Kel. Cowper Bulat kecil Kemerahan 1,5 1
Kel. Prostat Lonjong Putih kemerahan 3,5 6
Vas Deferens Panjang Putih kemerahan 12 1
Epididymis
• Caput
• Corpus
• Cauda
Pipih
Panjang, silinder
Oval
Putih pucat
Putih pucat
Putih pucat
5,5
9
4
4,5
1
4,5
Testes Lonjong Putih pucat 10 10
Sumber : Data Hasil Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak, 2009.

Tabel 5. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-bagian Organ Kelamin Sapi Brahman Abnormal

Bagian Organ Parameter yang diukur
Bentuk Warna Panjang (cm) Diameter (cm)
Gland Penis Oval Kekuningan 2,5 5
Penis Silinder Kekuningan 24 8,5
Kel. Cowper Silinder Merah pucat 7,5 4,5
Kel. Prostat Lonjong Putih pucat 4,5 5,5
Vas Deferens Lonjong Putih pucat 23 0,5
Epididymis
• Caput
• Corpus
• Cauda
Oval
Memanjang
Oval
Putih pucat
Putih pucat
Putih pucat
8
14
4,5
6
2
8
Testes
Sumber : Data Hasil Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak, 2009.

Tabel 6. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-bagian Organ Kelamin Sapi Brahman Normal

Bagian Organ Parameter yang diukur
Bentuk Warna Panjang (cm) Diameter (cm)
Gland Penis Oval Krem 4 3,5
Penis Lonjong Krem 60 9
Kel. Cowper
Kel. Prostat Lonjong Coklat - -
Vas Deferens Panjang Krem 21 0,5
Epididymis
• Caput
• Corpus
• Cauda
Belok-belok
panjang
belok-belok
Krem
Krem
Krem
11
14
5
-
1
4
Testes Lonjong Krem 14 18
Sumber : Data Hasil Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak, 2009.

Pembahasan
1. Organ Kelamin Primer
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai kekuningan. Ukuran testes pada berbagai jenis ternak bervariasi hal ini dapat disebabkan karena perbedaan genetic dan lingkungan di samping perbedaan umur ternak juga sangat mempengaruhi perkembangan ukuran bagian-bagian tubuhnya. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1979) bahwa pada sapi jantan testis berbentuk oval memanjang dan terletak dengan sumbu panjangnya vertikal didalam scrotum, sedangkan pada sapi dewasa panjangnya mencapai 12-16 cm dan diameternya 6-8 cm. Tiap testis berukuran berat 300-500 gr tergantung pada umur, berat badan, dan bangsa sapi. Lebih lanjut dikatakan oleh Keiko (2009) bahwa lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih serta parenchyma ini berwarna kekuningan. Sedingga warna testes akan terlihat putih ataupun kekuningan.
Disamping itu dapat pula diketahui bahwa pada sapi yang abnormal yang mengalami kelainan kelamin dimana testesnya tidak dapat turun, maka kita tidak dapat mengukur testesnya karena perkembangan testesnya mengalami gangguan hal ini dapat disebabkan karena kerja hormon yang terhambat serta pengaruh suhu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimh (2009) yang menyatakan bahwa kejadian tidak turunnya testes ke dalam scrotum semata-mata karena pengaruh suhu. Dimana suhu yang tinggi akan menyebabkan kematian pada spermatozoa, sehingga dengan melakukan pendinginan terhadap testes yang criptochid maka spermatozoa akan aktif kembali.
Di dalam testes sapi terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi yang sangat faal. Testis diselubungi oleh selapis tenunan pengikat yang tipis dan elastis, disebut tunica albuginea. Bila diraba selaput ini terasa kukuh dan kuat. Testes juga mengandung tubulus seminiferi yang mengakibatkan testes dapat berfungsi sebagai penghasil sperma. Disamping itu adanya tubulus-tubulus di dalam testes yang dirangsang oleh FSH mengakibatkan testes juga dapat menghasilkan hormon yakni testosteron yang berfungsi untuk mempertahankan sifat kelamin sekunder serta merangsang terjadinya libido (keinginan seksual). Hal ini sesuai dengan pendapat Keiko (2009) yang menyatakan bahwa Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis serta lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Lebih lanjut dikatakan oleh Anonimd (2009) bahwa Sel-sel intersituial dari Leydig atas pengaruh ICSH menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron (androgen) yang terdapat di dalam jaringan pengikat di antara tubulus seminiferosa. Spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli semineferi atas pengaruh FSH.
2. Organ Kelamin Sekunder
a. Vas Deferens
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan maka dapat diketahui bahwa saluran reproduksi pada jantan terdiri dari vas deferens. Vas deferens merupakan saluran yang panjang dan berliku-liku, yang berdampingan dengan corpus epididymis. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Ukuran fas deferens pada berbagai sapi bervariasi, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan lingkungan tempat tinggal serta perbedaan genetik. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm. Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Bhima (2009) bahwa vas deferens diameternya dapat mencapai 2 mm, dengan panjang 5-10 cm dan konsistensinya seperti tali dekat ekor epididymis, vas deferens berliku-liku dan berjalan sejajar dengan badan Epididymis.
Vas deferens merupakan saluran yang berdampingan dengan corpus epididymis, dimana saluran ini berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi. Hal ini sesuai pendapat Frandson (1992) bahwa vas deferens adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari Epididymis ke duktus ejakulatoris dalam uretra prostatik. Vas deferens mengangkut sperma dari ekor epididymis ke uretra. Dindingnya berupa otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen saat ejakulasi.
b. Epididimis
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diketahui bahwa epididymis memiliki struktur yang panjang dan bertautan dengan testes, yang panjang dan berliku. Terdiri dari 3 bagian yaitu caput epididymis yang merapat dibagian atas testes, kemudian diarah lateral memanjang corpus epididymis, dan diujung testes terdapat ekor/cauda epididymis. Setiap bagian epididymis memiliki fungsi yang berbeda dimana caput epididymis berfungsi untuk menampung sperma yang telah dihasilkan oleh testes dan menyimpannya hingga tercapai maturasi. Selanjutnya Corpus epididymis menjadi saluran yang membawa sperma dari caput menuju ke kauda epididymis. Lalu sperma berakhir di cauda epididymis, yang berfungsi untuk menimbun sperma hingga akhirnya terjadi ejakulasi dan sperma akan keluar menuju vas deferens. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1979) bahwa Umumnya Epididymis berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas 1/3 dari bagian testis. Epididymis memiliki empat fungsi yakni caput (kepala) epididymis berfungsi sebagai tempat maturasi dan konsentrasi; pada corpus (badan) epididymis berfungsi sebagai transportasi sperma; sedangkan pada bagian ekor (cauda) epididymis berfungsi sebagai tempat penimbunan sperma.
Ukuran epididymis pada berbagai ternak sangat bervariasi, dimana saluran ini sangat panjang bahkan ada yang mencapai 60 m. Ukuran epididymis pada sapi Bali normal yakni panjang caput 5,5 cm diameter 4,5 cm ; panjang corpus 9 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 4 cm dan diameter 4,5 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman normal yaitu panjang caput 11 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 5 cm dan diameter 4 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman abnormal adalah panjang caput 8 cm diameter 6 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 2 cm sedangkan cauda epididymis panjang 4,5 cm dan diameter 8 cm. Dari nilai nilai tersebut diketahui bahwa saluran epididimis sangat panjang dan berliku-liku disekitaran testes. Hal ini sesuai dengan pendapat Brown (1992) yang menyatakan bahwa epididymis mengandung ductus Epididymis yang sangat berliku-liku dan panjang. Akan tetapi ukuran-ukuran yang diperoleh tersebut tidak sesuai dengan pendapat Toelihere (1979) yang menyatakan bahwa saluran epididymis mencapai panjang lebih 40 meter jantan dewasa. Hal ini terjadi karena perbedaan genetik ternak, umur serta lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini didukung oleh Brown (1992) bahwa Epididymis terdiri dari kepala, badan, dan ekor yang terbungkus oleh tudika albuginea tebal yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur, dibalut oleh lapis viseral tunika vaginalis. Tunika albuginea memiliki sedikit sel otot polos yang tersebar didalamnya, sehingga mengakibatkan perbedaan ukuran pada berbagai jenis ternak (Brown, 1992).

3. Organ Kelamin Luar
a. Scrotum
Dari hasil yang diperoleh maka diketahui bahwa scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus testes yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi testes serta mempertahankan suhu testes sehingga dapat memproduksi spermatozoa. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992) bahwa Scrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Kulit scrotum adalah tipis, lembut dan relatif kurang berambut. Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1oC sampai 8oC lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin.
b. Penis
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka diketahui bahwa penis merupakan organ kopulasi yang terdiri dari 2 bagian yaitu gland penis dan penis. Gland penis pada sapi memiliki bentuk membulat dan berwarna kekuningan. Ukurannyapun kecil tati bervariasi tergantung pada jenis dan umur ternak serta lingkungan. Glan penis pada sapi bali normal panjangnya dan diameternya 3,5 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 4 cm diameter 3,5 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 2,5 dan diameter 5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa Glands penis memiliki bentuk yang menipis di ujung yang bebas pada penis. Ukurannya berbeda-beda dari masing-masing jenis dan umur ternak, pada sapi mempunyai panjang 7,5-12,5 cm dan agak lancip dengan panjang glands penis 5-7,5 cm.
Lain halnya dengan gland penis, penis memiliki bentuk yang panjang dan silinder (lonjong). Sama seperti gland penis, penispun ukurannya berbeda-beda. Pada sapi bali normal panjangnya 64 cm dan diameternya 6 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 60 cm diameter 9 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 24 dan diameter 8,5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) bahwa penis pada sapi jantan dewasa panjangnya mencapai ± 100 cm diukur dari dari akar sampai ke ujung glands penis. Penis sapi dalam keadaan ereksi dan pemacekan penis menonjok ke luar dari preputium sepanjang 25-60 cm. Diameternya relatif kecil 1,5-2 cm. Bentuk penis silindris sedikit menipis dari pangkal penis ke ujung yang bebas. Lebih lanjut dikatakan oleh Anonimc (2009) bahwa Penis hewan jantan dewasa berukuran panjang 91,4 cm dan bergaris tengah 2,5 cm. Berbentuk penis ini silindris dan sedikit menipis dari pangkal penis ke ujung yang bebas. Bagian ujung penis memiliki sedikit sekali jaringan tegang, kecuali bagian pangkal; jadi penis membesar sedikit pada waktu ereksi dan menjadi lebih tegang. Pada waktu keadaan penis mengendor atau tidak menegang, penis sapi jantan padat dan keras. Dibelakang scrotum penis tadi membentuk lengkungan menyerupai huruf S, disebut flexura sigmoideus.
Gland penis pada ujung testes menjadi pusat saraf pada penis, karena gland penis ini dialiri oleh banyak pembulus saraf dan merupakan tempat ujung saraf yang mendukung proses ejakulasi. Sedangkan penis merupakan organ kopulasi yang berfungsi untuk menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina serta sebagai tempat keluarnya urine. Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1992), yang menyatakan bahwa penis mempunyai dua fungsi utama yaitu menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina dan sebagai tempat keluarnya urine karena berhubungan langsung dengan ureter/uretra sedangkan diujung penis dimana terdapat gland penis yang dialiri banyak pembuluh saraf dan merupakan tempat ujung saraf.
c. Preputium
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi untuk yang membungkus atau menutup ujung penis. Setelah masa pubertas tercapai pada seekor jantan maka preputium ini akan terbuka yang memungkinkan penis untuk kelus masuk pada saat ereksi dan relaksasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuryadi (2000), bahwa preputeum adalan bagian dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Preputium adalah lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak khas, sementara dalam menyerupai membrane mukosa yang terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan extremitas bebas dari penis.


PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai kekuningan. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm. Testes berfungsi sebagai penghasil sperma dan hormon kelamin jantan (testosterone)
2. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm. Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5 cm. Berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi.
3. Ukuran epididymis pada sapi Bali normal yakni panjang caput 5,5 cm diameter 4,5 cm ; panjang corpus 9 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 4 cm dan diameter 4,5 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman normal yaitu panjang caput 11 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 5 cm dan diameter 4 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman abnormal adalah panjang caput 8 cm diameter 6 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 2 cm sedangkan cauda epididymis panjang 4,5 cm dan diameter 8 cm. Berfungsi sebagai tempat maturasi, konsentrasi, transportasi serta penimbunan sperma sebelum diejakulasikan
4. Scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus testes yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi testes serta mempertahankan suhu testes
5. Gland penis pada sapi memiliki bentuk membulat dan berwarna kekuningan. Glan penis pada sapi bali normal panjangnya dan diameternya 3,5 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 4 cm diameter 3,5 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 2,5 dan diameter 5 cm. Penis memiliki bentuk yang panjang dan silinder (lonjong). Pada sapi bali normal panjangnya 64 cm dan diameternya 6 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 60 cm diameter 9 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 24 dan diameter 8,5 cm. Penis secara umum berfungsi sebagai orga kopulasi pada jantan.
6. Preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi untuk yang membungkus atau menutup ujung penis.
7. Kelenjar vesikuler befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma.
8. Kelenjar prostat pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi Brahman abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi Brahman normal sulit diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar prostat berdekatan dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna yang kuning kemerah-merahan. Berfungsi untuk memberikan bau yang khas terhadap semen dan serta mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai bahan makanan untuk sperma di dalam semen.
9. Kelenjar Cowpers berfungsi untuk menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine, Kelenjar cowpers berbentuk lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Kelenjar ini pada sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan berdiameter 1 cm, pada sapi Brahman abnormal panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5 cm.
Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka sebaiknya bahan/sampel organ yang disiapkan merupakan sampel organ yang telah bersih dari sisa-sisa lemak dan daging guna efisiensi pemanfaatan waktu yang relatif sangat singkat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2009. Anatomi Organ Reproduksi Jantan. http://changes-theworld.blogspot.com/2009/05/anatomi-organ-reproduksi-jantan.html.

______b, 2009. Sistem Reproduksi Pria dan Wanita. http://www.scribd.com/doc/12878882/Sistem-Reproduksi.

______c, 2008. Sistem Reproduksi Pada Manusiam – Pria. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/10/31/sistem-reproduksi-pada-manusia-pria/

______d, 2007. Anatomi dan Fungsi Reproduksi Jantan. http://peternakanuin. blogspot.com/ 2007/12/anatomi-dan-fungsi-reproduksi-jantan.mht. Diakses, 4 Oktober 2009.

______e, 2009. Histologi Sistem Genitalia. http://ajarhistovet.blogspot.com/2009/03/viii-histologi-sistem-genetalia.html.

______f, 2009. Galnds Penis. http//glands-penis.htm.

______g, 2009. Kelenjar Assesoris Jantan. http//kelenjar-assesoris-jantan.html.

______h, 2009. Testis. http//www.Google.com.

Bhima. 2009. Sistem Reproduksi Sapi Termasuk Perbandingan dengan Ruminansia Lainnya ( Domba, Kuda dan Babi ). MIPA FKIP Biologi Universitas Jambi; http://bhimashraf.blogspot.com/2009/04/archive.407003_8573.html

Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II Edisi Ketiga. UI-Press. Jakarta

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada Univercity. Yogyakarta.

Haris, 2009. Kesehatan Reproduksi. http://cetrook.wordpress.com/2009/04/.

Keiko. 2009. Anatomi Organ Reproduksi Jantan. http://changes-theworld.blogspot.com/2009/05

Marawali, Aloysius., dkk. 2001. Dasar-dasar Ilmu Reproduksi Ternak. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur (BKS – PTN – INTIM), Makassar.
Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. http://changes-theworld.blogspot. com/2009_05_01_archive.html.

Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Produksi Mutiara. Jakarta.

Salisbury. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada Univercity. Yogyakarta.

Toelihere. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar